Kritik Sosial Tajam Lewat Musik
Lagu “Tuhan Mereka Adalah Cuan” karya Arraka bukan sekadar karya musik — ia adalah bentuk perlawanan. Melalui genre rap hijab yang kuat dan lugas, Arraka menyampaikan kritik sosial yang menyentil elite kekuasaan dan masyarakat yang menjadikan uang sebagai sesembahan.
Dengan durasi 4 menit lebih, setiap baitnya menyerang balik keserakahan, kemunafikan, dan komersialisasi moral yang terjadi di sekitar kita.
Isi Lirik yang Mengguncang
Lagu ini menampilkan frasa ikonik:
“Tuhan mereka adalah cuan”
Sebuah sindiran terhadap perilaku para pejabat dan elit yang lebih mementingkan kekayaan dan kepentingan pribadi dibandingkan kesejahteraan rakyat. Lirik-lirik lainnya memperkuat nuansa kritik tajam, seperti:
- Agama dijadikan alat promosi,
- Surga dijual lewat brosur,
- Moralitas dipoles demi kepentingan branding.
Arraka tidak ragu-ragu dalam menyuarakan keresahan — justru menjadikannya kekuatan utama lagu ini.
Gaya Visual Sederhana, Tapi Mengena
Video klipnya tampil dengan gaya minimalis: warna gelap, pengambilan close-up, dan ekspresi penuh makna dari Arraka. Tanpa perlu efek heboh, pesan lagu justru semakin kuat. Fokus penuh diarahkan pada lirik dan ekspresi vokal, menciptakan kedekatan emosional dengan pendengar.
Respon Netizen: Apresiasi & Kontroversi
Sejak dirilis, lagu ini langsung viral. Di media sosial, komentar-komentar membanjiri:
- 💬 “Ini baru musik yang berani.”
- 💬 “Tamparan keras buat yang menghalalkan segala cara demi cuan.”
Namun seperti semua kritik tajam, tidak semua menyambut positif. Beberapa pihak merasa lagu ini terlalu frontal atau menyudutkan.
Tapi bukankah seni memang harus menggugah?
Tonton Videonya
Bonus Video Musik yang Serupa
Penutup
Di tengah arus musik populer yang penuh gimmick, Arraka hadir membawa suara berbeda: tajam, jujur, dan tanpa kompromi. Lagu “Tuhan Mereka Adalah Cuan” bukan hanya lagu — tapi pernyataan keras terhadap sistem dan nilai-nilai yang mulai rapuh.
Jika kamu percaya bahwa musik masih bisa menyuarakan kebenaran, lagu ini wajib kamu dengarkan.
Musik bisa menjadi pelipur lara, tapi juga bisa menjadi peluru. Dan Arraka memilih yang kedua.